Sebagai sebuah negara yang terletak berdekatan dengan pertemuan lempeng bumi, Indonesia cukup akrab dengan yang namanya gempa terutama jika sedang terjadi pergerakan lempeng. Gempa yang terjadi di Indonesia, sebagaimana gempa di tempat lain, memiliki tingkatan yang bervariasi. Terkadang terjadi gempa yang tidak terlalu kuat sehingga kerusakan yang ditimbulkan pun cenderung minim, dan pernah juga terjadi gempa yang kuat sehingga kerusakan yang diakibatkan pun sangat destruktif sebagaimana yang pernah terjadi pada gempa Yogya di tahun 2006.

Tingkat Kerusakan Akibat Gempa Berdasarkan Skala MMI (Modified Mercalli Intensity)

Untuk mengetahui berapa kekuatan dari suatu gempa, biasanya kita mendefinisikannya dalam skala richter atau skala magnitudo yang kemudian dicatat dalam seismograf. Masalahnya, bagaimana jika tidak ada seismograf di dekat lokasi kejadian? Di sinilah kita bisa menggunakan skala MMI.

Skala MMI awalnya dicetuskan oleh Mercalli di mana kekuatan gempa diukur dari kerusakan yang dihasilkan. Informasi mengenai kerusakan tersebut diperoleh dari saksi mata. Karena setiap saksi mata memiliki penilaian yang berbeda-beda, pengukuran ini pun menjadi amat subjektif. Oleh sebab itu pada akhirnya pengukuran MMI dimodifikasi supaya lebih objektif dalam menilai kekuatan gempa.

Skala MMI sendiri diukur dari 1 sampai 12 dengan rincian sebagai berikut:

I MMI

Getaran yang dihasilkan gempa tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang saja.

II MMI

Getaran yang dihasilkan gempa dirasakan oleh beberapa orang. Selain itu, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

III MMI

Getaran yang dihasilkan gempa dirasakan nyata dalam ruangan. Terasa juga getaran seperti sedang ada truk melintas.

IV MMI

Pada siang hari, getaran yang dihasilkan gempa dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela atau pintu berderik dan dinding sampai berbunyi.

V MMI

Getaran yang dihasilkan gempa dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang yang tertidur sampai terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar terlihat bergoyang.

VI MMI

Getaran yang dihasilkan gempa dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan orang terkejut dan lari keluar ruangan, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik sampai rusak, serta terjadi kerusakan ringan lainnya.

VII MMI

Setiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang kuat. Pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Gempa juga dirasakan oleh orang yang sedang naik kendaraan.

VIII MMI

Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Terjadi retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik, dan air menjadi keruh.

IX MMI

Kerusakan pada bangunan dengan konstruksi kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari tempatnya. Pipa-pipa dalam rumah sampai rusak.

X MMI

Bangunan berkontruksi kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah, rel melengkung, dan terjadi tanah longsor.

XI MMI

Bangunan-bangunan hanya sedikit yang masih sanggup berdiri, jembatan rusak, Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel sangat melengkung.

XII MMI

Bangunan-bangunan hancur sama sekali, gelombang tampak pada permukaan tanah,  pemandangan menjadi gelap, dan benda-benda terlempar ke udara

Kenapa Beberapa Bangunan Lebih Rentan Terhadap Gempa

Ada beberapa alasan mengapa beberapa bangunan cenderung lebih mudah rusak saat menghadapi gempa dibandingkan bangunan lain. Beberapa alasannya antara lain karena:

Jarak dari Pusat Gempa

Alasan pertama adalah karena bangunan berada lebih dekat dengan pusat gempa. Hal ini mengakibatkan bangunan tersebut mendapatkan dampak guncangan lebih besar.

Konstruksi Bangunan

Beberapa bangunan dibangun tanpa mempertimbangkan potensi gempa yang ada di sekelilingnya sehingga saat gempa menyerang bangunan tersebut terlihat lebih rapuh. Beberapa bangunan juga dibangun menggunakan bahan dengan kualitas kurang baik sehingga lebih mudah rusak.

Kondisi Tanah

Jika bangunan berdiri di atas tanah dengan klasifikasi tanah jenis lunak, akibat yang ditimbulkan gempa dapat terasa lebih berat.

Demikian pembahasan singkat mengenai pengenalan kerusakan bangunan yang dapat ditimbulkan dari bencana gempa bumi.

📞   WhatsApp: 0877-8121-8255

📸  Instagram: @microurbane

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *