Sebagai sebuah negara yang sejak dahulu kala telah dikunjungi oleh banyak pendatang, Indonesia, baik secara sengaja ataupun tidak, tumbuh menjadi bangsa yang terpapar pengaruh dari banyak budaya. Hal ini terutama karena para pendatang yang kemudian hari menetap dan berkembangbiak di Indonesia datang dari berbagai latar belakang yang beragam. Sejak dulu, Indonesia telah menjalin hubungan dengan berbagai bangsa mulai dari Tiongkok, India, Arab, sampai dengan Eropa.

Para pendatang tersebut ada yang menyesuaikan diri dengan kebudayaan lokal dan ada pula yang kemudian mengawinkan kebudayaan tempat asalnya dengan kebudayaan lokal. Hal ini termasuk dalam kuliner, pakaian, bahasa, sampai dengan arsitektur.

Dari sekian banyak pengaruh arsitektur yang mempengaruhi arsitektur Indonesia, salah satu yang paling populer adalah arsitektur kolonial. Beberapa tempat seperti Kota Tua di Jakarta dan Kota Lama di Semarang bisa menjadi tempat untuk melihat-lihat peninggalan arsitektur kolonial yang ada di Indonesia.

Apa Itu Arsitektur Kolonial

Secara sederhana, arsitektur kolonial dapat diartikan sebagai arsitektur Belanda yang dikembangkan di Indonesia pada periode Hindia Belanda atau sekitar abad ke 17 sampai pertengahan abad 20. Gaya arsitektur kolonial dikenal berfokus pada fungsi dengan ciri khas antara lain batu bata yang lebih tebal, kolom buat bergaya neo klasik dengan bahan dari besi tuang, serta pintu dan jendela yang tinggi dan lebar.

Bangunan-bangunan yang dibangun pasca era kemerdekaan sedikit banyak masih terpengaruh oleh gaya arsitektur kolonial ini sehingga tidaklah mengherankan kita dapat menjumpainya di kawasan lama dari suatu perkotaan seperti yang bisa ditemukan di Bandung, Semarang, Medan, dan juga Jakarta.

Apa Kelebihan Arsitektur Kolonial

Terkait dengan kelebihannya, ada beberapa kelebihan dari arsitektur kolonial yang menarik untuk dibahas. Di antaranya adalah sebagai berikut ini:

Terkenal Kuat dan Kokoh

Salah satu kelebihan dari arsitektur kolonial adalah kuat dan kokoh. Hal ini dapat dilihat dari beberapa gedung peninggalan era kolonial yang masih berdiri kokoh sampai hari ini. Ada beberapa alasan kenapa bangunan-bangunan dengan arsitektur kolonial dapat berdiri kuat seperti:

  • Semen dengan racikan khusus
  • Pemakaian batu dengan kualitas terbaik
  • Teknik perancangan yang menekankan pada fungsi
  • Beberapa bahan yang didatangkan langsung dari Belanda
  • Kedisiplinan dalam pembangunan

Beberapa alasan tersebutlah yang menjadikan bangunan dengan arsitektur kolonial masih bisa berdiri tegak meski telah berusia ratusan tahun.

Sirkulasi Udara yang Baik

Arsitektur kolonial dirancang sedemikian rupa supaya sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik, terlebih lagi Indonesia adalah negara tropis dengan suhu di atas rata-rata suhu Belanda.

Untuk membuat sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik, di antara hal yang dilakukan adalah dibangunnya jendela-jendela besar dan langit-langit yang menjulang tinggi dengan tujuan supaya udara dapat bergerak bebas di dalam ruangan.

Kesan Elegan yang Melekat

Kelebihan lain dari arsitektur kolonial adalah kesan elegan yang melekat padanya. Hal ini didukung oleh komposisi warna yang memang elegan, material dengan kualitas terbaik yang mana turut membantu menonjolkan kesan klasik yang menawan tanpa perlu menonjolkan diri dengan warna-warna yang lebih menyala.

Menariknya, dalam beberapa kasus, semakin tua bangunan dengan arsitektur kolonial, semakin elegan pula kesan yang dihadirkannya.

Demikianlah beberapa hal yang perlu diketahui dari arsitektur kolonial yang sempat menjadi tren di Indonesia terutama di era Hindia Belanda. Ada banyak kelebihan dari gaya arsitektur ini yang dapat dijadikan pertimbangan bagi siapa saja yang tertarik untuk mengimplementasikannya. Kalau kamu, lebih suka arsitektur dengan gaya yang seperti apa?

📞   WhatsApp: 0877-8121-8255

📸  Instagram: @microurbane

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *